Kekutan Pikiran
Banyak dari kita punya cara sendiri untuk mengatasi perasaan dan emosi. Contohnya ketika merasa tertekan, kita mungkin menenangkan diri dengan memusatkan perhatian pada pernapasan. Jika sedang sakit gigi, kita mungkin berusaha mengurangi rasa sakitnya melalui teknik meditasi. Dan saat merasa sedih, kita menghibur diri dengan membayangkan sedang berada di 'tempat bahagia' kita. Mereka yang pernah mencoba strategi serupa tahu kalau itu ampuh, tapi dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi.
Sekarang bayangkan jika Anda dapat melihat apa yang terjadi di dalam otak ketika Anda merasakan emosi dan sensasi seperti rasa sakit, kegelisahan, depresi, takut, dan kesenangan - semuanya secara langsung atau real-time. Tiba-tiba, penyebab perasaan Anda bukan lagi misteri, dan keampuhan teknik mental yang Anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari pun menjadi jelas.
Itulah ide di balik teknik baru yang dikenal sebagai "real-time fMRI". Dengan menerima umpan-balik visual yang spesifik tentang aktivitas otak sambil menjalankan trik dan strategi mental, kita dapat belajar untuk secara sadar mengontrol emosi, sensasi, dan mengidam, seakan perasaan-perasaan dimanipulasi dengan kenop volume di radio. Dengan latihan, Anda dapat belajar untuk memperkuat kendali atas pikiran sebagaimana seorang atlet angkat beban melatih kelompok otot yang spesifik - dan ini memunculkan kemungkinan masa depan ketika manusia dapat melatih kemampuan mental yang jauh lebih maju daripada kemampuan kita sekarang.
Demonstrasi pertama bahwa real-time fMRI dapat menjadi alat yang ampuh terjadi pada 2005, saat sekelompok peneliti mengajari partisipan cara mengendalikan rasa sakit. Delapan orang berbaring di dalam mesin pemindai sambil dipaparkan sensasi panas yang menyakitkan pada kulit mereka. Para peneliti memperlihatkan api virtual untuk merepresentasikan aktivitas di rostral ACC, wilayah otak yang terlibat dalam mekanisme rasa nyeri. Melalui berbagai strategi kognitif, seperti "mendekati atau menjauh dari stimulus yang menyakitkan" dan "upaya mempersepsikan stimulus dengan intensitas tinggi atau rendah". partisipan dengan cepat belajar mengendalikan ukuran api, dan dengan demikian mengubah tingkat aktivasi elektris pada wilayah yang responsif terhadap nyeri.
Pengurangan atau penambahan sinyal neuron ini berkolerasi dengan rasa sakit subjektif, yang diukur dengan kuesioner dan skala rasa sakit dari 1-10. Sungguh mengagumkan, hanya dalam satu sesi selama 13 menit partisipan belajar untuk mengontrol ukuran api virtual dengan mudah dan dapat mengurangi rasa sakit mereka hingga lebih dari 50%.
Sejak itu, riset yang menggunakan real-time fMRI menjadi populer, dan kegunaan klinis dan eksperimental tampaknya setiap bulan. Cara mempertunjukkan aktivitas otak kini juga disertai umpan-balik seperti suara atau 'tampilan termometer' via kacamata realitas virtual.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Appetite tahun 2017 menunjukkan bahwa latihan semacam ini dapat melawan obesitas. Selama empat hari periode latihan, pria dengan berat badan berlebih belajar meningkatkan interaksi antara bagian otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan mekanisme hadiah, yang meningkatkan kontrol-diri dan berujung pada pilihan makanan yang lebih sehat.
Investigasi untuk menyibak tabir adopsi
Posting Komentar