budaya
hotnews
kemanusiaan
Kisah Pilu Sisilia Gebi Febiola, Ibu Muda 3 Anak Alami Penderitaan Kehidupan
Bukittinggi, Detikjamgadang--Betapa sedihnya hati seorang ibu apabila harus melahirkan tanpa didampingi orang terkasih dan dicintai.
Harapan agar di saat berjuang antara hidup dan mati butuh belaian dan kasih sayang suami, ternyata harus dikubur dalam-dalam. Kisah pilu itu dialami seorang ibu muda bernama Sisilia Gebi Febiola (25, warga Jangkak Mandiangin Kota Bukittinggi.
Di tengah penderitaan kehidupan di kontrakan kecilnya, ia pun harus ikhlas melahirkan sang buah hati seorang diri.
Trisno Edward---Bukittinggi
Kisah Gebi bemula ketika suaminya Ilham Khalid (29) tidak pernah lagi pulang ke rumah sejak ia hamil anak ketiganya. Saat itu, usia kandungannya sudah hampir sembilan bulan. Dulu, ia bersama suaminya berjualan sayur, ikat pinggang dan dompet di Pasar Padang Lua atau Pasar Aur. Terkadang, suaminya juga bekerja sebagai juru parkir di pasar.
Suatu hari, ia mendapat kabar kalau suaminya mengalami konflik di pasar saat bekerja sebagai juru parkir. Sejak saat itu, ia tidak tahu lagi tentang kabar suaminya. Hingga anak ketiganya lahir dan berusia kira-kira satu bulan, baru ia mendapatkan kabar ternyata suaminya sudah berada di dalam jeruji besi mungkin karena kasus konflik di pasar tersebut.
Dengan suara serak bercampur sedih, Gebi menceritakan bagaimana dulu saat ia melahirkan tanpa didampingi suaminya. Saat itu, ia tidak memiliki uang yang cukup untuk melakukan persalinan di bidan atau rumah sakit. Ia berfikir untuk melahirkan sendiri saja di kontrakan kecilnya. Bahkan perlengkapan persalinan dan perlengkapan bayi saat itu pun ia tidak punya.
"Awalnya, saya tidak mau melahirkan di bidan karena terbayang tidak ada biaya. Adapun motor tidak mungkin bisa terjual hari itu juga. Jadi, saya bilang ke tetangga untuk melahirkan di rumah saja. Namun tetangga tidak mau ambil risiko jika nanti terjadi apa-apa," kisahnya.
Karena perhatian tetangga sungguh luar biasa, akhirnya ia tetap dibawa ke bidan oleh beberapa tetangga yang juga merupakan keluarga berekonomi menengah ke bawah. Sampai di klinik bidan, ternyata kondisi kandungannya sudah pembukaan delapan.
Setelah persalinan berjalan lancar, ia belum bisa pulang karena belum membayar biaya administrasi klinik.
Kembali , para tetangga membantu saat itu Rp. 500 ribu sedangkan total biayanya adalah Rp. 3 juta. Selang beberapa hari, akhirnya ia dapat melunasi biaya tersebut dan melunasi hutang kepada tetangga dengan menjual motor suaminya.
Pasca melahirkan, Gebi hanya tinggal bersama tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil. Anak tertuanya berumur 4 tahun, anak kedua 2 tahun, dan bayi yang baru lahir. Di masa-masa pemulihan pasca melahirkan, saat itu ia tidak memiliki sumber pemasukan keuangan.
“Syukurnya ada beberapa warga yang membagikan zakat karena saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Terkumpul Rp. 700 ribu. Dari uang zakat yang diterima, saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari selama sebulan lebih,”ungkapnya lirih.
Untuk membayar kontrakan dan bertahan hidup selanjutnya, ia mulai menjual beberapa peralatan rumah seperti televisi, baju-baju layak pakai, sepatu dan sisa-sisa barang jualannya. Isi kontrakannya sekarang hanya tinggal kompor tanah pemberian tetangga dan kasur. Bahkan, selimut pun ia tak punya.
Setelah bercerita mengenai kondisi ekonominya, tetangganya yang merupakan salah satu penerima manfaat di Lembaga Amil Zakat Ashpen, memberi solusi untuk mengajukan bantuan ke lembaga tersebut.
"Waktu itu, saya dibantu sembako oleh Ashpen. Setelah itu, kita juga pernah dibantu berupa uang tunai," katanya.
Tetangga lainnya juga ikut membantu seperti memberikan nasi atau lauk secukupnya. Salah satu tetangga yang dijumpai bernama Bu Ul juga bersaksi bahwa kehidupan Gebi dan ketiga anaknya sungguh memprihatinkan.
"Benar-benar susah kehidupannya. Bayar sewa rumah saja susah. Kadang kalau ada lauk di rumah agak berlebih, saya bagikan ke Gebi. Setahu saya, ia dapat uang belanja dari keluarganya kadang Rp 50 ribu atau 100 ribu Tapi, itupun tidak sering,”jelas Bu Ul.
Saat ini, Gebi sudah mulai mencoba menerima upah pekerjaan seperti menggosok baju, memotong pola baju dan memasang kancing baju konveksi orang lain dari rumahnya.
Menurutnya, pekerjaan seperti ini yang baru bisa dilakukannya agar ia masih bisa mengasuh dan menghidupi ketiga anaknya. Harapan hidup lebih baik kedepan masih didambakan oleh Gebi dan anak-anaknya.
Semoga, sang kepala keluarga dapat kembali lagi berkumpul bersama istri dan anak-anaknya terutama sang bayi mungil yang baru lahir ke dunia.
Sementara itu, Pendiri sekaligus Direktur Lembaga Ashpen Bukittinggi Zulfamiadi, S. HI didampingi Pengurus/Anggota Ashpen Sri Wahyuni mengatakan bantuan dari LAZ Ashpen yang diberikan berupa sembako sebanyak 3 kali, uang tunai 1 kali dan daging kurban 1 kali.
“Pemberian bantuan untuk Gebi dan keluarganya, karena Ashpen melihat dari kondisi ekonomi serta kehidupannya. Ashpen juga memandang dari kondisi terkininya dan bantuan itu sangat penting diserahkan saat itu. Semoga bantuan dari Ashpen dapat bermanfaat serta membantu Gebi dan anak-anaknya,”harap Zulfamiadi diamini Sri Wahyuni. ***
Via
budaya
Posting Komentar