Diplomasi Publik dan Soft Power Suatu Negara
detikjamgadang.com; “The gentle art of gastronomy is a friendly one. It hurdles the language barrier, makes friends among civilized people, and warms the heart.” – Samuel Chamberlain
Saya pun mengutip apa yang disampaikan oleh Toshiya Nakamura dalam artikel “Japans New Public Diplomacy: Coolnessin Foreign Policy Objectives mengatakan bahwa Diplomasi Publik sendiri adalah satu metode untuk meningkatkan soft power dan diplomasi project suatu negara sebagaimana soft power itu sendiri memberikan pengaruh yang signifikan pada pencapaian-pencapaian diplomatik sebuah negara”.
Diplomasi menjadi sebuah alat dalam usaha sebuah negara mencapai tujuan politis dan promosi negara di dunia internasional.
Dalam teori hubungan internasional, istilah people to people contact menargetkan masyarakat sebagai komunitas internasional, yang perlu dipengaruhi melalui cara diplomasi yang lebih familiar dan lebih cair.
Sebagian kalangan menyebutkan cara ini sebagai bentuk diplomasi yang didefinisikan sebagai usaha dari satu atau lebih aktor internasional untuk mempengaruhi lingkungan internasional lewat hubungan langsung dengan publik luar negeri.
Untuk menguatkan tulisan ini saya juga mengutip artikel George F. Kennan dalam Foreign Affairs yang berjudul “Diplomacy Without Diplomats” sangat menarik dan relevan dengan diplomasi publik. Kennan mengemukakan bagaimana Amerika Serikat yang mulai merasakan aktivitas diplomasi Amerika Serikat yang terfragmentasi, sehingga diperlukan people to people contact.
Hubungan antar individu kini semakin mudah dan kian bebas, mampu melewati batas negara di belahan dunia manapun dapat dilakukan secara mudah dan cepat.
Salah satunya adalah melalui diplomasi kebudayaan yang bertujuan mempengaruhi pendapat umum masyarakat dalam upaya mendukung tercapainya kepentingan nasional.
Salah satu cabang yang tumbuh dan berkembang secara kreatif dan dinamis adalah kuliner. Produk ini dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia selain menampilkan corak budaya yang khas, juga telah berperan secara nyata dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian.
Hal ini yang kemudian dimanfaatkan Indonesia melalui kuliner khas nusantara sebagai alat diplomasi.
Diplomasi melalui makanan ini dikenal dengan istilah gastro diplomacy.
Gastro Diplomacy itulah salah satu issue hangat yang menjadi pembicaraan Bapak Audy Joinaldy-Wakil Gubernur Sumatra Barat bersama tamu beliau Ibu Ani Nigeriawati-Direktur Diplomasi Publik Kementrian Luar Negeri Republik lndonesia yang bertempat di ruang dinas Wakil Gubernur tadi pagi (Selasa 17 September 2024),
Wakil Gubernur menyambut gembira pertemuan ini. Dengan adanya rencana acara gatro diplomacy ini, salah satunya dengan mengundang para Duta Besar negara sahabat ke Sumatera Barat. Mereka tentu saja dapat menikmati ragam seni dan budaya kuliner yang keberadaannya tidak perlu diragukan lagi.
Kekayaan kuliner yang merupakan kearifan lokal patut dipertahankan sebagai ciri khas. Selain itu para tamu akan sajian hiburan lokal yang kaya akan nilai budaya dan tentu saja sekaligus dapat memperkenalkan object wisata yang indah di ranah minang. Ini semua tentu akan dapat memanjakan para tamu undangan. Yang jelas, ini semua dalam rangka mempromosikan SUMBAR kepada mancanegara.
Selain saya, turut hadir mendampingi Wagub tadi, yaitu bagian pemerintahan bidang kerjasama luar negeri dan Sekretaris Dinas Pariwisata.
* Penulis :Dr. H. Gusrizal Datuak Salubuak Basa
Staf Bidang Hubungan Luar Negeri Universitas Fort de Kock (UFDK) dan Staf Ahli Luar Negeri Walikota Bukittinggi ( 2010 - 2012 )
Posting Komentar